Hello,
It's now 14 Ramadhan 1441H already, and time flied soooo fasssttttt.
Did I enjoy it? My Father once said, if you feel that time runs so fast, you've must enjoyed what you have done and experienced.
Alhamdulillahirabbil'alamin, 'ala kulli hal.
Udah dari beberapa hari yang lalu saya mau menulis tentang tema ini, "DNF", tapi lagi-lagi kemalasan atau lebih tepatnya "kesibukan" yang lain selalu memberikan excuse untuk tidak menulis, haha.
Jadi, tema ini terinspirasi dari sebuah thought yang muncuk di otak saya beberapa hari terakhir. Sebuah refleksi atas pertanyaan kenapa gw belum menikah?
Ahahahahahahahhahahahhahahhahhahahahhahhahahahahaha.
Galau? Nggak sih, nggak salah lagi, wkwkwkwkwk.
Yah, seperti yang kalian ketahui, tahun ini saya diberikan anugrah untuk melanjutkan hidup di tahun ke-29, di masa pandemi COVID-19 ini, dalam keadaan masih lajang. Sebuah anugrah dan kesyukuran yang harus senantiasa saya ingat, di mana tidak semua orang memiliki keistimewaan menginjak umur ke-29 dalam keadaan sehat wal 'afiat dan masih bebas menentukan aktivitasnya, untuk diri sendiri.
Tentang pernikahan, menjelang bulan Ramadhan dan saat bulan Ramadhan ini saya sering mengikuti kajian-kajian online, lewat zoom, IG live dan bahkan sengaja mengikuti beberapa kegiatan yang intensif untuk mempersiapkan diri menuju pernikahan seperti Sekolah Pra Nikah Salman ITB dan kuliah whatsapp yang diadakan oleh teman saya sendiri.
Saya berpikir, apakah anugrah yang Allah berikan kepada saya untuk stay single (and hopefully humble) hingga usia se-"matang" ini merupakan sebuah jalan agar saya bisa menjalani, menyelami dan melakukan ibadah terpanjang seumur hidup tersebut dengan sebaik-baiknya hingga saat saya berpisah dengan pasangan saya nanti, semoga pernikahan kami dicukupkan dalam keadaan husnul khotimah. Saya bersyukur masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk terus belajar dan "berlatih" sebelum mulai melangkah menuju gerbang pernikahan. Ibaratnya, jika pernikahan sebagai lari marathon, saat ini saya sedang dipersiapkan olehNya agar dapat berlari dengan baik, menjaga stamina dan fisik serta mental agar tidak cidera dan berhenti di tengah-tengah, bahkan memutuskan untuk DNF. Seperti yang saya lakukan pada bulan Desember 2019 yang lalu, saya memutuskan (dengan sadar) untuk DNF pada kesempatan lomba lari marathon saya yang pertama.
Ngomong-ngomong soal DNF, saya ingin bercerita tentang Singapore Standard Chartered Marathon 2019 yang sengaja tidak saya selesaikan. Saya DNF di kilometer ke-13 dengan catatan waktu 2 jam lebih. Sebelum perlombaan dimulai, saya memang tidak yakin dapat meinyelesaikan perlombaan tersebut dengan baik, mengingat:
1) Latihan yang tidak disiplin dan angot-angotan;
2) Kebutuhan nutrisi tidak saya perhatikan dengan baik, alih-alih menjaga dan mengubah pola makan dengan makanan sehat, bergizi, teratur dan tidak berlebihan, kebiasaan makan saya semakin tidak bisa terkontrol karena stress akibat pekerjaan;
3) Pekerjaan saya yang sangat menyita waktu serta jarak antara ASEAN-ROK Commemorative Summit 2019 di Busan yang hanya 4 hari berselang dengan hari-H SCSM2019.
Yah, semuanya bisa jadi excuse sih, tapi saya rasa 3 alasan itu yang paling membuat saya akhirnya "memutuskan" untuk menyerah dan DNF. Selain memang sudah ditulis dalam buku takdir kehidupan saya, bahwa saya tidak akan menyelesaikan marathon SCSM 2019 :)
Namun, dibalik kegagalan dan keputusan saya untuk DNF, ada baaaannnyyyyyyaaaaaakkkkkk hal yang saya syukuri. Dari DNF saya belajar untuk bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk next race jika saya akan mengambil Marathon, 41,195 km harus melatih diri sebaik-baiknya, jika perlu mengundang pelatih, berlatih bersama teman, menjaga dan mengatur pola makan, pola istirahat dan menjaga kesehatan mental agar tidak stress. Semoga next race saya berhasil dan bisa lebih disiplin dalam mempersiapkan diri dengan baik sehingga tidak DNF.
Dan untuk persiapan menjelang pernikahan, semoga Allah SWT cukupkan ilmu dan waktu saya, sehingga ketika saya memulai race Marathon bernama pernikahan, yang saya belum tahu kapan start-nya, saya terus terjaga dan kuat, sehingga tidak memutuskan untuk DNF.
Salam,
Avina
Komentar