Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Smile

Saya baru melihat - lihat sekumpulan foto yang dikirimkan salah satu sahabat saya pagi ini, isinya foto - foto kami saat jalan ke Kota Tua dan masjid Istiqlal. Saya baru menyadari bahwa hampir semua foto saya yang ada di sana selalu terlihat tersenyum, mungkin perasaan saya saat itu sangat bahagia sekali. Karena apa? Saya sendiri tidak tahu. Semoga perasaan bahagia ini akan selalu ada, sampai akhir hidup saya :) #karena bahagia itu mensyukuri hidup

Master Degree

Assalamualaikum, apa kabar semua? udah lama ya saya ga "apdet" kegiatan2 saya, setelah lulus tentunya...hahaha oke, saatnya saya update tentang kegiatan2 yang saya lakukan beberapa hari terakhir... Alhamdulillah, minggu lalu dapet e-mail dari Nottingham University kalau saya diterima di jurusan "International Social Policy" dengan status conditional offer . Artinya, saya harus melengkapi beberapa dokumen supaya saya betul2 bisa masuk ke sana. Ada dua dokumen yang mereka minta untuk dikirim lagi, yaitu reference letter dari pak Makmur yang harus pake letter head resmi (kop surat departemen) plus cap dari departemen HI UI dan surat keterangan yang menandakan GPA terakhir gw dengan kp surat resmi dari UI (untuk yang terakhir ini gw mengartikan semacam SKL dengan keterangan IPK terakhir atau ijazah mungkin, eh tapi di ijazah ga ada keterangan IPK ya?) Ya, jadi hari ini gw mau minta tolong Adi (yang jadi asdosnya pak Makmur) untuk mintain tanda tangan beliau lagi

Diwisuda (re-post)

Another nice posting from Mbak Meira, really makes me wanna cry :') http://anastasiameira.wordpress.com/2012/03/15/diwisuda/#respond Tanggal 20 November 2009, hari jumat. Saya diwisuda lagi untuk kedua kalinya. Well, sebenarnya wisuda pertama kali, karena waktu wisuda S1 di unpar, saya tidak datang. Tapi, wisuda kali ini, saya harus datang, karena hari itu saya diberi gelar Ibu. Alih-alih memakai toga, saya memakai baju rumah sakit. Wisuda yang penuh darah dan air mata haru. Wisuda yang penuh cakaran dan teriakan. Ya, kadang saya merasa, jadi ibu itu seperti diwisuda dulu, baru menjalani kuliah. Gelar ibu langsung diberikan, setelah kita melahirkan anak kita. Baru setelah itu, kita belajar seperti apa jadi ibu sebenarnya. Merawat anak kita, dari umur 1 hari sampai nanti kita mati, itu waktu kuliahnya. Anak kita yang jadi dosennya. Dia yang akan memberikan kita mata kuliah setiap harinya. Kuliahnya tidak pernah berhenti. Weekdays ataupun weekends, seorang ibu tetap b

SIAP?

Postingan ini saya copas dari blog Meira Anastasia, saya jarang mengangkat tema ini, tapi tulisan di bawah benar-benar menyentuh saya :')  -Menjadi Ibu- Ketika kamu melihat anak kecil di mall dan kamu berpikir betapa lucunya dia. Ketika kamu melihat keponakanmu yang baru lahir dan kamu tak sabar ingin menggendongnya. Ketika kamu melihat anak-anak yang menggemaskan di iklan dan merasa hidupmu hampa karena tidak memiliki mereka. Itu adalah tanda bahwa kamu ingin punya anak. Bukan tanda bahwa kamu siap untuk punya anak. Karena apa yang terjadi pada saat pembuatan iklan itu. Atau sesaat setelah kamu mengembalikan dia pada orangtuanya masing-masing, kamu tidak akan pernah tahu. Betapa dia adalah makhluk kecil yang bisa menghabiskan energi dan emosi. Betapa berbicara dengannya membutuhkan komunikasi tingkat tinggi dan sedikit telepati. Kesiapan finansial, mungkin kamu bisa dapatkan. Banyak anak banyak rejeki katanya. Kesiapan mental, ini yang lumayan susah. Saya juga m

SUARA MAHASISWA, Menaklukkan si Kucing

 “Tidak peduli apakah itu kucing hitam ataupun kucing putih, asalkan bisa menangkap tikus.” Kalimat fenomenal dari Deng Xiaoping, Bapak Reformasi Ekonomi China, tersebut menggambarkan betapa pragmatis China dalam menjalankan sistem ekonominya. Deng mengubah sistem ekonomi sosialis menjadi sistem ekonomi kapitalis yang bertumpu pada negara dilakukan (state capitalism).Perubahan kebijakan ini terbukti membawa China menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar selama tiga dekade terakhir dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 8–10% per tahun. Indonesia, yang dalam UUD 1945 menganut sistem ekonomi Pancasila, tampaknya harus belajar dari perubahan sistem ekonomi yang dilakukan China.Sistem ekonomi kita saat ini tidak sepenuhnya menganut sistem ekonomi Pancasila,namun lebih ke arah sistem ekonomi kapitalis tanpa didukung penguatan dari negara. Hal ini dapat kita lihat dari betapa lemahnya Pemerintah Indonesia sehingga dengan mudah menjual kepemilikan badan usaha

Today's Lunch

  taken from http://www.obatlapar.com/wp-content/uploads/2011/11/Nasi-Rawon.jpg   Nasi Rawon Suddenly I miss this authentic East Java culinary. FYI, when I was in Surabaya last January, saking kepinginnya , I bought "Nasi Rawon" at Juanda International Airport by IDR40k, meanwhile in another place like usual market, they only sell it around IDR 8k - 10k.