Langsung ke konten utama

Satu Hari (12 Jam) tanpa Hape

Salam.

Hari ini secara  tidak sengaja saya tidak membawa handphone saya ke kantor. Saya lupa, hape saya masih tertinggal di kamar karena semalam saya lupa men-charge baterainya hingga kosong. Tidak seperti biasanya, saya selalu mengecek hape di tempat charger, kali ini saya baru ingat ketika sudah sampai stasiun pondok ranji. Walaupun saat itu kereta masih di Serpong, tapi rasa malas untuk kembali ke rumah, hanya untuk mengambil "sebuah alat komunikasi".

Tidak dapat dipungkiri, sejak awal tahun 2000an, hape sudah menjadi kebutuhan primer bagi jutaan bahkan milyaran orang di dunia (termasuk saya). Ketinggalan hape merupakan sebuah "disaster" bagi orang yang menjadikan komunikasi sebagai kegiatan utamanya. Mereka yang selalu menundukkan kepala ketika menunggu kereta tiba atau para pekerja yang senantiasa scrolling timeline instagram, Path, atau social media lain di kala tidak ada/malas dengan kerjaan kantor pasti akan merasa kehilangan jika tidak ada hape.

Tadinya, saya berpikir, waduh rencana saya hari ini bakalan ribet nih karena ga bawa hape. Secara agenda hari ini selain ke kantor ada juga jadwal mengaji/tahsin yang tempatnya masih tentative. Saya juga harus mengabari orang tua saya jika saya jadi mengaji. Tapi saya pikir kendala komunikasi tersebut bukan suatu hal yang besar di era modern saat ini.

Alhamdulillah, masih ada Facebook dan telepon di kantor. Urusan mengaji dan izin orang tua untuk pulang malam saya kabarin lewat Facebook messenger. Beruntungnya kantor saya tidak memblokir akses Facebook, hehe. Ya, sekarang ini bahkan komunikasi tidak hanya bisa dilakukan lewat hp tapi juga via komputer atau gadgets lain (yang penting ada internet) 24/7. Well. Kebutuhan primer jadinya sekarang bukan hape, tapi lebih ke akses Internet untuk sarana komunikasi.

Saya pernah mengalami kendala komunikasi ketika di penempatan, tepatnya di Desa Bajo, Halmahera Selatan. Sinyal internet di sana hanya bisa ditemukan di titik2 tertentu. Kebetulan di rumah mama piara saya tidak ada sinyal hape langsung, jadi harus dipasang alat penangkap sinyal. Itu pun selama beberapa bulan pertama hanya bisa menangkap sinyal GPRS, yang hanya bisa terima telpon/sms. Namun, ternyata keberadaan rumah saya yang jauh dari sekolah sehingga harus melewati jembatan papan semacam Blessing in Disguise. Sembari saya berjalan ke dan dari sekolah, saya bisa menangkap sinyal dan membaca beberapa pesan yang masuk melalui Whatsapp  Tak heran saya kadang nongkrong di area sekitar jembatan papan dan dekat pelabuhan, serta tempat mas Mukhlis di rumah tete Umar, hanya untuk menangkap sinyal dan berkomunikasi. Untungnya pas di camp selama 1,5 bulan sudah dilatih untuk "puasa" komunikasi dengan hape. Jadi, selama di penempatan tidak risau karena tidak bertemu dengan internet setiap saat.

Kembali ke Ibukota di mana hampir semua orang sibuk dengan hapenya masing2, urusan ketinggalan hape mungkin merupakan masalah yang besar (jika ingin dibesar2kan). Namun saya merasa satu hari ke belakang, hari berjalan normal. Tidak ada hape bukan merupakan halangan untuk beraktivitas bahkan di kantor menjadi lebih produktif karena tidak sebentar2 melihat hape. Selain itu, saya jadi punya lebih banyak waktu untuk memikirkan ide, merencanakan dan berimajinasi tentang apa yang saya mau lakukan setelah ini. Mungkin hape merupakan distraksi yang tinggi untuk produktif dalam bekerja.  Semoga kita semua bisa memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dengan sebaik-baiknya :)

Salam,

ANW

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Operasi Abses Kelenjar Bartholini

Assalamu'alaikum wr. wb. Apa kabar kawan2? Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat serta tetap semangat menjalani aktifitas. Apa kabar saya? Alhamdulillah, keadaan saya hari ini jauh lebih baik dari kemarin maupun beberapa hari yang lalu. Teman2 yang baca postingan saya sebelumnya mungkin telah mengetahui bahwa beberapa hari ke belakang saya menderita suatu penyakit yang membuat saya susah duduk, bangun dan berjalan. Sampai - sampai saya harus masuk UGD untuk disuntik obat penghilang rasa sakit di pantat saking tidak tahannya. Ternyata, setelah pulang dari UGD, obat penghilang rasa sakit itu hanya bertahan satu malam. Keesokan harinya, saya mengalami sakit yang sama. Susah duduk, bangun dan berjan. Terkadang, rasanya perih sekali, sampai-sampai saya menangis karena tidak dapat menahan sakitnya. Namun, karena sudah diberikan salep dan obat penghilang rasa sakit beberapa saat sakitnya mereda. Bahkan dua hari kemudian saya memberanikan diri untuk pergi ke Jurong Point...

6 day to Graduation Day

Salam.... Hey all, what's up? I've been had a great time since my last post about "skripsi". Apparently, I had to work so hard (and so fast) to revise my thesis. Alhamdulillah, I made it on time with satisfactory result :) whilst it was so "rempong" to make a hardcover and get the signatories... The result itself was not a straight A (it was so close, just 0,44 again to get A score), but than it's okay for me. Alhamdulillah :D Ok, so now I am waiting for my convocation day (graduation ceremonial) which will be held 6 days later. Well, I'm not quite enthusiastic about this graduation day, realizing that it is just a ceremonial phase and I have to do "make up", dressing, high-heels-ing, etc. But, I can't deny that I am so happy, trying my "toga" made me just want to cry, feels like this time just run so quick and now I am not an undergraduate student anymore... Yes, I do believe that graduation is not the end. It ju...

Canberra Day 1 #AvinainAussie

 Hi everyone, It's been ages I did not write here. Alhamdulillah, I got accepted at the ANU for PhD in International Relations at the Coral Bell School, College of Asia and Pacific. So grateful for this, I had my family OSHC covered by Bell School, tuition fee covered by HDR Fee Remit Scholarship and stipend provided by Feminist in International Relations scholarship administered by Bell School. Bismillahirrahmanirrahim for the years ahead. Yesterday, 13 February 2025 was my first day landed in Australia let alone Sydney and Canberra. Sydney international airport was not huge, I have to declare everything that listed as prohibited/dangerous items, in my case it was medicine (and honey). Alhamdulillah for the smooth yet very exhausted journey. I landed in Canberra airport on 11.35 noon and was picked up by Natasha, Kang Andri's daughter. She is super cool, an ANU undergrad studying actuarial (wow!). We went to Kebab shop to take lunch, I bought "small" snack pack which...