Kemarin malam saya berpikir untuk menulis igauan #1 untuk dijadikan kumpulan igauan yang juga dipublish di facebook. Tema kali ini yang saya tulis tentang perempuan dan kebebasan. Namun, pada akhirnya saya ubah judul itu karena saya memang akan spesifik membahas tentang kebebasan perempuan setelah menikah.
Sejujurnya, saya sangat takut untuk menikah.
Takut, karena belum siap. Takut karena berarti dengan menikah kebebasan saya akan terbelenggu. Sebab, ada physical barrier yang akan saya hadapi nanti. Baik berupa suami maupun anak.
Kalau ditanya kapan waktu menikah, saya akan jawab, setelah lulus S3 atau ketika usia saya sudah cukup matang, di atas 28 tahun. Kenapa tidak ingin menikah cepat seperti kebanyakan teman2 akhwat? ya, sebab saya merasa jika saya menikah cepat saya tidak bisa menikmati kebebasan yang bisa saya dapatkan sewaktu masih gadis.
Ya, saya memang tidak dapat menafikan bahwa saya butuh pendamping hidup. Tapi ketakutan akan ketidakbebasan itu menghantui saya. sangat.
dan ah, ya, kenapa perempuan mau2 saja menyerahkan semuanya untuk suami? karena tuntutan agama? karena adat? atau karena apa?
saya masih tidak bisa memahami.
Sejujurnya, saya sangat takut untuk menikah.
Takut, karena belum siap. Takut karena berarti dengan menikah kebebasan saya akan terbelenggu. Sebab, ada physical barrier yang akan saya hadapi nanti. Baik berupa suami maupun anak.
Kalau ditanya kapan waktu menikah, saya akan jawab, setelah lulus S3 atau ketika usia saya sudah cukup matang, di atas 28 tahun. Kenapa tidak ingin menikah cepat seperti kebanyakan teman2 akhwat? ya, sebab saya merasa jika saya menikah cepat saya tidak bisa menikmati kebebasan yang bisa saya dapatkan sewaktu masih gadis.
Ya, saya memang tidak dapat menafikan bahwa saya butuh pendamping hidup. Tapi ketakutan akan ketidakbebasan itu menghantui saya. sangat.
dan ah, ya, kenapa perempuan mau2 saja menyerahkan semuanya untuk suami? karena tuntutan agama? karena adat? atau karena apa?
saya masih tidak bisa memahami.
Komentar