Langsung ke konten utama

Budaya Membaca, Satu Langkah Mencerdaskan Bangsa

Sungguh ironi, di tengah hingar bingar kemajuan teknologi berbasis internet, masih ada rakyat Indonesia yang buta huruf dan tidak bisa membaca. Walaupun jumlahnya kurang dari 10 juta orang, namun dapat dibayangkan bagaimana terbelakangnya mereka dalam menerima arus informasi dan ilmu pengetahuan yang tidak lagi terbatas oleh kendala geografi. Buta huruf menjadi persoalan yang sangat penting dan mendesak untuk diselesaikan bersama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia apabila kita ingin mencetak sumber daya manusia berkualitas di zaman penuh dengan persaingan global seperti saat ini.
Salah satu tujuan negara Republik Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa erat kaitannya dengan akses pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun, sebenarnya cerdas secara harafiah bukan hanya bisa mengenyam bangku sekolah dengan layak dan dapat menimba ilmu dengan baik. Cerdas yang sebenarnya ada pada kemampuan seorang manusia untuk menyerap ilmu pengetahuan yang ada di sekitarnya dan mengembangkan potensi dirinya dengan berpikir kritis untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Logikanya, seseorang yang cerdas adalah seseorang yang mendapatkan arus informasi dan ilmu pengetahuan yang baik. Seorang yang kita kategorikan sebagai orang yang cerdas tentu saja dekat dengan kebiasaan membaca. Tak mungkin ada orang cerdas yang tidak bisa membaca, karena dari bacaan lah seseorang dapat menyerap ilmu pengetahuan dan informasi untuk pertama kali. Jadi, jelas sangat sedikit kemungkinan orang yang buta huruf dapat menjadi orang yang cerdas.
Pentingnya budaya membaca dapat kita teladani dari salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia, yakni Bung Hatta. Beliau suatu saat berkata pada pihak Belanda yang akan mengasingkan dirinya, “Kalian boleh memenjarakan aku di mana saja asal dengan buku, karena dengan buku aku bebas”. Itu berarti dengan membaca buku, Bung Hatta dapat menyelami pikiran-pikiran berbagai tokoh dan mendapat arus informasi serta ilmu pengetahuan sebebas-bebasnya. Apa yang disadari oleh bung Hatta mungkin belum banyak disadari oleh masyarakat Indonesia. Kesadaran untuk membaca buku, koran, majalah, terhalang oleh hadirnya media hiburan lain seperti televisi, radio, dan internet. Bahkan anak sekolah saat ini lebih banyak yang menghabiskan waktu luangnya untuk membuka facebook di warnet (warung internet) ketimbang membaca buku di perpustakaan.
Melihat kenyataan yang demikian, sudah seharusnya pemerintah kembali menggalakkan budaya membaca. Tentu saja penggalakan budaya membaca tersebut harus diiringi dengan usaha untuk mengentaskan tingkat buta huruf di negeri ini. Pemberantasan buta huruf dapat dilakukan apabila pemerintah bersama masyarakat bekerja sama untuk melakukan sosialisasi terkait pentingnya kemampuan membaca. Sosialisasi terkait pentingnya membaca khususnya membaca dapat dilakukan dengan kerja sosial, memberikan pelayanan gratis bagi masyarakat buta huruf untuk belajar membaca dan membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan membangun perpustakaan. Pembangunan perpustakaan bagi masyarakat di daerah tertinggal juga selayaknya semakin diperbanyak, agar mereka yang berada di daerah terpencil tidak tertinggal dengan masyarakat di daerah perkotaan. Pada level keluarga, penanaman akan pentingnya budaya membaca juga sangat penting dilakukan sejak dini agar nantinya tercetak generasi sumber daya manusia Indonesia yang cerdas dan berkualiatas. A&W

dimuat di Harian Seputar Indonesia kolom Opini : SUARA MAHASISWA 25 Februari 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Operasi Abses Kelenjar Bartholini

Assalamu'alaikum wr. wb. Apa kabar kawan2? Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat serta tetap semangat menjalani aktifitas. Apa kabar saya? Alhamdulillah, keadaan saya hari ini jauh lebih baik dari kemarin maupun beberapa hari yang lalu. Teman2 yang baca postingan saya sebelumnya mungkin telah mengetahui bahwa beberapa hari ke belakang saya menderita suatu penyakit yang membuat saya susah duduk, bangun dan berjalan. Sampai - sampai saya harus masuk UGD untuk disuntik obat penghilang rasa sakit di pantat saking tidak tahannya. Ternyata, setelah pulang dari UGD, obat penghilang rasa sakit itu hanya bertahan satu malam. Keesokan harinya, saya mengalami sakit yang sama. Susah duduk, bangun dan berjan. Terkadang, rasanya perih sekali, sampai-sampai saya menangis karena tidak dapat menahan sakitnya. Namun, karena sudah diberikan salep dan obat penghilang rasa sakit beberapa saat sakitnya mereda. Bahkan dua hari kemudian saya memberanikan diri untuk pergi ke Jurong Point...

6 day to Graduation Day

Salam.... Hey all, what's up? I've been had a great time since my last post about "skripsi". Apparently, I had to work so hard (and so fast) to revise my thesis. Alhamdulillah, I made it on time with satisfactory result :) whilst it was so "rempong" to make a hardcover and get the signatories... The result itself was not a straight A (it was so close, just 0,44 again to get A score), but than it's okay for me. Alhamdulillah :D Ok, so now I am waiting for my convocation day (graduation ceremonial) which will be held 6 days later. Well, I'm not quite enthusiastic about this graduation day, realizing that it is just a ceremonial phase and I have to do "make up", dressing, high-heels-ing, etc. But, I can't deny that I am so happy, trying my "toga" made me just want to cry, feels like this time just run so quick and now I am not an undergraduate student anymore... Yes, I do believe that graduation is not the end. It ju...

Canberra Day 1 #AvinainAussie

 Hi everyone, It's been ages I did not write here. Alhamdulillah, I got accepted at the ANU for PhD in International Relations at the Coral Bell School, College of Asia and Pacific. So grateful for this, I had my family OSHC covered by Bell School, tuition fee covered by HDR Fee Remit Scholarship and stipend provided by Feminist in International Relations scholarship administered by Bell School. Bismillahirrahmanirrahim for the years ahead. Yesterday, 13 February 2025 was my first day landed in Australia let alone Sydney and Canberra. Sydney international airport was not huge, I have to declare everything that listed as prohibited/dangerous items, in my case it was medicine (and honey). Alhamdulillah for the smooth yet very exhausted journey. I landed in Canberra airport on 11.35 noon and was picked up by Natasha, Kang Andri's daughter. She is super cool, an ANU undergrad studying actuarial (wow!). We went to Kebab shop to take lunch, I bought "small" snack pack which...